Kesulitan Belajar dan Cara Mengatasinya
Mengatasi kesulitan belajar dengan menelaah status peserta didik, memperhatikan sebab-sebab kesulitan belajar dan proses pemecahan kesulitan belajar. Kesulitan berarti : keadaan yang sulit, sesuatu yang sulit, kesukaran. (Depdikbud., 1991:1990) Belajar menurut Qomar Hamalik adalah : “sesuatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru, berkat pengalaman dan pelatihan” (Hamalik, 1990:2).
Mengatasi kesulitan belajar menurut H. Koestoer Partowisastro dalam bukunya “Diagnosa dan pemecahan kesulitan belajar siswa” ada beberapa tahapan dalam melakukannya, yaitu : menelaah status siswa, memperhatikan sebab-sebab kesulitan belajar dan proses pemecahan kesulitan belajar. (Partowisastro, 1984:72).
A. Menelaah status siswa
Adalah usaha meneliti hasil belajar siswa atau murid untuk mengetahui sampai sejauh mana pelajaran yang mereka serap dan kesulitan-kesulitan apa yang mereka hadapi dalam proses belajar.
B. Mengidentifikasi dan klasifikasi sebab-sebab kesulitan belajar siswa
Langkah yang pertama dilakukan oleh Counselor atau guru dalam rangka mencetak atau mengecek eksistensi status siswa adalah mengidentifikasi kasus. Mengidentifikasi dimaksudkan untuk mengetahui hakekat dan luasnya kesulitan belajar yang dialami oleh siswa atau yang dihadapi oleh siswa.
Menurut I. Djumhur dan Moh. Surya mengatakan bahwa :
Langkah identifikasi dimaksudkan untuk mengetahui hal-hal khusus beserta gejala-gejala yang nampak. Dalam langkah ini pembimbing mencatat kasus-kasus yang perlu mendapat dan memilih kasus yang mana yang akan mendapatkan bantuan lebih dahulu. (Ahmadi, 1978:104).
Langkah identifikasi adalah langkah pemula dalam pemecahan problematika yang ada. Oleh karena itu perlu adanya penetapan yang jitu dan follow up nya adalah mengklasifikasikan kasus yang ada sehingga memudahkan untuk menentukan kasus mana yang didahulukan penyelesaiannya dan bentuk apa terapi nya. Sebagaimana telah diterangkan di atas. Bahwa identifikasi perlu diluruskan pada pengklasifikasian gejala-gejala kesulitan yang dihadapi oleh siswa. Klasifikasi dimaksudkan untuk terpilih nya permasalahan yang ada sehingga memberikan kemudahan langkah-langkah berikutnya.
Sebab-sebab kesulitan belajar
Menurut Koestoer Parto Wisastro dan A. Hadi Saputra, Sebab-sebab kesulitan belajar antara lain:
- Gangguan alat tubuh
- Kecerdasan yang kurang
- Gangguan alat penerimaan
- Gangguan perasaan
- Kesalahan tingkah laku (Partowisastro, 1984:26).
Sedangkan menurut Qomar Hamalik faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesulitan belajar siswa, yaitu :
- Faktor-faktor yang bersumber dari diri sendiri
- Dari lingkungan sekolah
- Faktor-faktor yang bersumber dari lingkungan keluarga, dan
- Dari lingkungan masyarakat (Hamalik, 1990:117)
Dari dua pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa penyebab kesulitan belajar siswa yang satu dengan yang lain adalah berbeda. Ini berarti upaya mengetahui sebab kesulitan belajar siswa yang penting dalam rangka usaha memberikan untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi oleh siswa.
Luas dan kompleknya kesulitan belajar yang dialami oleh siswa memerlukan kontiunitas proses bimbingan dan penyuluhan secara berkala sehingga tidak terjadi ketimpang tindihan problem itu. Melihat macam-macam sebab kesulitan belajar diatas, pembimbing perlu mengadakan klasifikasi sebab-sebab kesulitan belajar.
C. Memberikan Diagnosa terhadap kesulitan belajar siswa dan pemecahannya.
I. Djumhur dan Moh. Surya dalam pendapatnya mengatakan bahwa “Diagnosa adalah langkah untuk menelaah masalah kasus dan latar belakangnya” (Ahmadi, 1978:161)
Pada langkah diagnosa mempergunakan cara atau tehnik pengumpulan data. Setelah terkumpul data dan jelas latar belakang yang terjadi pada permasalahan itu, Counselor menetapkan masalah yang dihadapi oleh Counselo dan menemukan jalan keluar untuk pemecahan dari problem tersebut.
Diagnosa sebagai langkah dalam bimbingan ini, mempunyai langkah-langkah atau tahapan diagnosa, seperti yang dilontarkan oleh Koestoer P. dan A. Hadi Saputra sebagai berikut :
- Tahap pertama, menelaah status siswa
- Tahap kedua perkiraan sebab
- Pemecahan kesulitan (Partowisastro, 1984:10)
(a) Menelaah status siswa
Tahapan ini merupakan tahap identifikasi hakikat dan luas kesulitan siswa, sesuai dengan pengertian bahwa fungsi diagnosa itu adalah menetapkan masalah yang dihadapi atau mempertegas dan menetapkan latar belakang masalah yang dihadapi.
(b) Perkiraan Sebab
Langkah perkiraan sebab merupakan perkiraan atau prediksi semacam ramalan, sebab apakah yang mendasari pola belajar anak sehingga anak memperlihatkan atau melakukan belajar yang hasilnya seperti itu atau dengan bahasa yang lebih gampang kenapa anak punya kelebihan dan kekurangan.
Koestoer Partowisastro mengatakan bahwa :
Pada tahap ini teori psikologi menjadi penting, artinya yang dimaksud teori dalam hal ini adalah pernyataan mengenai hubungan diantara faktor-faktor pribadi manakah yang telah menyebabkan kesulitan tersebut. (Partowisastro, 1984:36)
Dengan pernyataan di atas dapat dipahami bahwa setiap hasil kegiatan atau setiap hasil belajar yang ditampilkan oleh siswa baik hasil itu positif atau negatif, mempunyai penyebab dari pola belajar yang dimiliki oleh siswa. Dengan realitas ini penting sekali bagi pembimbing untuk mendeteksi sebab-sebab tersebut sehingga bisa mediagnosanya.
(c) Pemecahan Kesulitan
Pada tahap ini seorang pembimbing diharapkan membantu siswa yang menghadapi permasalahan bisa menghilangkan atau menyingkirkan kesulitan yang dihadapinya. Bantuan yang diberikan kepada siswa berupa cara untuk menghilangkan kesulitan sesuai dengan sebab-sebab yang melatarbelakangi.
Seperti yang diungkapkan didepan, ada langkah diagnosa untuk menetapkan masalah yang dihadapi beserta latar belakangnya. Untuk memecahkan masalah atau langkah selanjutnya adalah langkah untuk menentukan jenis bimbingan yang sesuai dengan sebab-sebab kesulitan tersebut yang dikenal dengan langkah diagnosa.
Menurut I. Djumhur dan M. surya dalam lontaran pemikirannya mengatakan bahwa “Diagnosa adalah langkah untuk menentukan atau menetapkan jenis bantuan atau jenis terapi yang dilaksanakan untuk membimbing kasus”. (Ahmadi, 1990:105).
Pada penentuan jenis bimbingan, seorang pembimbing harus punya data yang sudah matang dari hasil diagnosa yang dilakukan sebelumnya agar tidak salah dalam menentukan jenis bantuan kepada siswa yang bersangkutan, maksudnya adalah pembimbing paham betul tersebut siswa yang akan diberi bantuan mengenai sebab-sebab dan latar belakang kesulitan belajar. Kemudian pada tahap selanjutnya adalah melakukan pemecahan atau pelaksanaan bimbingan.
Langkah pelaksanaan bantuan atau bimbingan
I. Djumhur P. dan M. Surya mengatakan bahwa terapi adalah “Langkah pelaksanaan bantuan atau bimbingan” (Ahmadi, 1990:103).
Langkah di atas adalah pelaksanaan dari pemecahan kesulitan belajar siswa yaitu kegiatan bimbingan secara kesinambungan atau kontinue dan sistimatis serta membutuhkan adanya pengamatan yang cermat, sehingga pembimbing bisa mendeteksi apakah ada kemajuan kearah positif atau masih tetap seperti semula. Metode terapi ini pembimbing bisa memilih sesuai dengan situasi dan kondisi serta eksistensi dari konselee.
Langkah-langkah dalam pemecahan kesulitan belajar menurut Koestoer Partowisastro dalam bukunya “Diagnosa dan pemecahan kesulitan belajar” mengatakan sebagai berikut :
- Kegiatan membicarakan dengan Kepala Sekolah tentang adanya murid-murid yang bermasalah dan usaha yang perlu dilakukan berkenan dengan masalah-masalah tersebut.
- Mengamati dan mencatat pola-pola tingkah laku murid yang sering muncul (berulang) menjadi petunjuk adanya masalah.
- Kegiatan mempelajari kembali “Commulative Record”.
- Berbicara dengan guru-guru lain.
- Kegiatan berkonsultasi dengan juru rawat.
- Berwawancara dan menyuluhi murid yang bersangkutan.
- Kegiatan jika perlu, melakukan referial.
a. Berbicara dengan Kepala Sekolah
Kepala Sekolah adalah penanggung jawab keseluruhan kegiatan sekolah, termasuk kegiatan bimbingan dan penyuluhan. Oleh karena itu para petugas bimbingan guru dan penyuluh pendidikan melaporkan, berkonsultasi dan menerima nasehat dari kepala sekolah tentang berbagai kasus dan usaha menanggulanginya. Berkenan dengan murid-murid yang bermasalah, guru atau penyuluh pendidikan hendaknya membicarakan dengan kepala sekolah tentang berbagai usaha yang perlu dilakukan untuk menghadapi tingkah laku yang bermasalah itu, usaha-usaha menghubungi orang tua murid dan instansi-instansi lain yang dianggap perlu, menguraikan pandangan guru terhadap persoalan murid.
b. Pengamatan yang lebih mendalam
Pengamatan yang lebih mendalam diharapkan dapat memperoleh daftar tentang murid-murid yang mengalami masalah mungkin disusun berdasarkan atas hasil-hasil pengamatan yang kurang lengkap atau pun pandangan yang baru selintas saja. Dengan usaha ini maka catatan, tanggapan dan bahan-bahan yang amat berguna sebagai dasar pertimbangan untuk menghadapi masalah itu mungkin lengkap dan mantap.
c. Mempelajari “Cummulative Record”
Dari mempelajari Cummulative Record ini diharapkan terkumpul catatan yang biasanya dapat diperoleh dari berbagai keterangan pokok yang mungkin bersangkut paut erat atau bahkan melatarbelakangi masalah yang dialami murid. Guru atau penyuluh pendidikan harus mampu menarik sangkut paut dari yang terdapat didalam kumpulan catatan dapat saling lengkap melengkapi dengan apa yang diperoleh dari pengamatan. Dari kenyataan ini akan dapat diterbitkan pandangan atau gagasan baru, dan bahkan rencana atau ide untuk usaha lebih lanjut mengatasi masalah yang dihadapi murid.
d. Berbicara dengan guru-guru lain.
Kegiatan bimbingan dan penyuluhan adalah kegiatan yang bersifat interdisipliner dan dilakukan secara bersama. Guru atau penyuluh pendidikan seorang diri (tanpa ikut sertanya staf yang lain) kemungkinan besar akan gagal membantu anak-anak yang bermasalah. Dalam hal ini tidak ada jalan lain kecuali setiap orang yang bertanggung jawab dalam membimbing anak harus mengambil manfaat dari bekerjasama dengan petugas yang lain. isi kerja sama ini selain dari segi pengumpulan informasi selengkap mungkin, juga dalam penyajian materi pemecahan masalah itu sendiri yang tidak kurang pentingnya dalam rangka kerja sama ini adalah penciptaan “Suasana Bimbingan” oleh seluruh petugas sekolah semua pihak hendaklah menyadari apa sebenarnya bimbingan dan penyuluhan itu sehingga masing-masing pihak dapat menjalankan peranannya dengan baik dalam rangka keseluruhan “Suasana Bimbingan” itu.
e. Berkonsultasi dengan juru rawat
Tujuan kegiatan ini terutama sekali adalah kesehatan murid. Guru atau penyuluh pendidikan dapat berwawancara dengan murid yang bersangkutan yang mengungkapkan sakit atau kecelakaan apa saja yang pernah dideritanya, kapan hal itu terjadi, bagaimana tingkat keparahan nya, bagaimana usaha pengobatannya, tingkat kesembuhan nya, keadaan kesehatan sekarang dan sebagainya. Hanya untuk kondisi kesehatan yang kelihatannya amat serius saja guru atau penyuluh pendidikan harus berusaha sekuat tenaga berkonsultasi dengan juru rawat atau dokter.
f. Memberi penyuluhan
Penyuluhan adalah suatu kegiatan yang khas dalam usaha bimbingan seorang anak yang mengalami masalah dihadapi langsung dengan tatap muka oleh penyuluh dalam rangka usaha pemecahan masalah yang sedang dihadapi anak itu. Suasana hubungan tatap muka ini pun sifat khas pula yaitu suatu hubungan yang tidak terasa sedikitpun untuk unsur-unsur kekerasan atau paksaan, bebas dari rasa takut dan khawatir, saling mempercayai, terbuka dan terus terang, suka rela, saling memberi dan menerima. Suasana hubungan seperti itu disebut “Rapport”.
Sebelum usaha penyuluhan dilanjutkan hendaknya terlebih dahulu dibina “Rapport” ini. Apabila Rapport telah tercipta maka hubungan berikutnya akan berjalan dengan lancar, mudah dan penuh arti. Satu suasana lain dari penyuluhan ini adalah bawa hubungan ini dilakukan tidak di muka umum atau ditempat ramai. Melainkan ditempat yang terpisah sehingga baik anak maupun penyuluh dapat berbicara bebas. Sikap bijaksana yang diteliti dan berpandangan jauh akan mampu mendudukkan persoalan sesuai dengan bobot dan arah nya penyuluhan seringkali merupakan kunci untuk menimbulkan kesadaran dan sikap terhadap diri sendiri, sekolah taman dan sebagainya.
g. Prosedur Referal
Di sekolah, pada taraf yang paling awal masalah yang dihadapi oleh murid-murid hendaknya diungkapkan oleh guru lain atau wali kelas, misalnya dengan jelas mengisi formulir/daftar, selanjutnya pada taraf pertama masih menjadi tugas guru atau wali kelas untuk sejauh mungkin menanggulangi masalah yang dihadapi oleh murid tersebut. Jika berbagai usaha yang dilakukan oleh guru/wali kelas yang kewalahan atau diperkirakan murid tersebut memerlukan bantuan khusus dari penyuluhan pendidikan yang ahli, maka guru atau wali kelas yang bersangkutan perlu “Mereferal” atau mengirim atau “Mengambil Alihkan” masalah yang dihadapi oleh murid itu kepada penyuluh pendidikan. Ini tidak berarti guru yang bersangkutan sekarang menjadi lepas tangan terhadap masalah itu. Melainkan sebaliknya guru dalam rangka kerja sama dengan penyuluh pendidikan tidak mungkin bekerja sendiri. Kesulitan belajar yang menyangkut bidang tertentu jelas harus ditanggulangi bersama dengan guru bidang studi yang bersangkutan.