Rasionalitas Konsumsi dalam Perspektif Ilmu Ekonomi
Rasionalitas adalah hal yang penting dalam kehidupan manusia. Dagun (1992: 2) menyatakan ”Konsep rasional dalam manusia ekonomi adalah kegiatan ekonomi sebagai kegiatan masuk akal, rasionalitas sebagai masuk akal dalam kegiatan ekonomi adalah menjadikan istilah-istilah ekonomi masuk akal”.
Adam Smith (dalam Suyatno, 2013: 109) menyatakan ”Masyarakat yang kapitalistik dan rasional umumnya baru membeli dan mengkonsumsi sesuatu ketika mereka membutuhkan, dan itu pun dengan dasar pertimbangan yang serba rasional; mengalkulasi untung rugi dan dibayangkan masyarakat senantiasa mencari komoditas dengan harga yang terendah karena disitulah sifat rasional masyarakat bekerja”.
Lebih lanjut Dagun (1992: 12) mengemukakan bahwa cara-cara yang memungkinkan rasionalitas ekonomi dan nilai ekonomi berkaitan adalah:
1. Alat dan tujuan
Persoalan-persoalan mengenai nilai dan rasionalitas itu mengendap dalam kaitan dengan tujuan-tujuan maupun dalam kaitan dengan cara. Pola alat dan tujuan merupakan salah satu cara paling umum dimana kita menjadi mengerti apa yang akan dilakukan. Pola ini bagaimanapun pada umumnya jauh lebih sederhana karena konsep ini menimbulkan persoalan-persoalan yang mendasar dan rumit mengenai konsep rasionalitas dan nilai.
2. Preferensi
Preferensi erat berkaiatan dengan pilihan-pilihan yang sebenarnya kita lakukan. Dalam situasi normal kita mengambil pilihan untuk menjadi tanda preferensi dan perilaku untuk menjadi tanda kesukaan dan ketidaksukaan kita yang nyata. Menurut Dyke, preferensi terdiri dari tiga hal. Yang pertama preferensi murni maksudnya ialah preferensi yang tidak mempunyai alasan dibaliknya. Kedua preferensi beralasan yang merupakan preferensi yang dapat diberikan alasan. Ketiga preferensi semua hal dipertimbangkan , preferensi ini lebih rumit.
3. Nilai
Konsep rasionalitas sesungguhnya terselubung konsep nilai didalamnya, konsep ini tampil dalam pembicaraan tentang sarana dan tujuan. Kemudian membahas preferensi, konsep ini nampak dekat membicarakan tentang apa yang kita nilai lebih atau nilai kurang. Konsep preferensi merupakan konsep arus datang terhadap konsep nilai.
Banyak alasan mengapa konsep nilai itu sangat rumit, salah satu alasannya adalah berkaiatan dengan cara hidup. Ketika berbicara dari seorang pribadi, kita membuat acuan implisit pada harapan-harapannya, aspirasi-aspirasinya, rencana-rencana dan konsepsi diri.
Sedangkan menurut Wahyono (dalam Purwati, 2010: 32) menyatakan bahwa perilaku konsumsi dengan tingkat keberhasilan pengaturan pemanfaatan sumber daya (uang) yang tersedia bagi pemenuhan kebutuhan dikelompokkan berdasarkan :
a. Pola pemenuhan kebutuhan yang mencakup:
1) Komposisi pemenuhan kebutuhan
Suatu pembelian dapat dikatakan rasional apabila dalam membeli barang atau jasa didasarkan pada usaha memenuhi kebutuhan yang sesuai dengan intensitasnya.
2) Ragam barang dan jasa yang dikonsumsi
Barang dan jasa yang akan dikonsumsi adalah yang benar-benar diperlukan serta memiliki kegunaan optimal. Optimalitas dalam pemenuhan kebutuhan dapat tercapai apabila orientasi dalam memilih barang atau jasa adalah berdasarkan pada mutu barang atau jasa tersebut.
b. Strategi dalam berkonsumsi yang mencakup:
1) Proses perolehan barang dan jasa yang dikonsumsi
Setelah seseorang mengetahui tingkat intensitas dari kebutuhan dan keinginanannya serta ragam barang atau jasa pemuas kebutuhan, maka ia harus dapat mencari informasi terhadap barang atau jasa yang tersedia. Proses pencarian informasi ini guna untuk melihat berbagai alternatif barang atau jasa yang dapat memberikan kepuasan optimal sebelum mengambil keputusan pembelian. Engel dkk (1994: 30) menyatakan ”Konsumen mencari informasi yang disimpan di dalam ingatan (pencarian internal) atau mendapatkan informasi yang relevan dengan keputusan dari lingkungan (informasi eksternal).
2) Penerapan prinsip ekonomi dalam berkonsumsi
Prinsip ekonomi adalah pedoman melakukan tindakan ekonomi dimana di dalamnya terkandung asas dengan pengorbanan tertentu diperoleh hasil yang maksimal atau dengan pengorbanan sekecil-kecilnya diperoleh hasil tertentu. Dalam kegiatan konsumsi, penerapan prinsip ekonomi didorong oleh keinginan mendapatkan kepuasan maksimum atas barang dan jasa yang dimanfaatkan.
3) Besarnya pengeluaran untuk berkonsumsi
Tindakan konsumsi yang rasional adalah tindakan konsumsi yang pengeluaran disesuaikan dengan anggaran yang telah ditetapkan dari jumlah pendapatan atau penghasilan yang ada.
c. Motif yang melatar belakangi perilaku konsumsi
1) Motif berkonsumsi
Keinginan yang mendorong seseorang melakukan tindakan ekonomi disebut motif ekonomi. Motif ekonomi adalah segala sesuatu yang mendorong manusia melakukan tindakan ekonomi. Dalam perilaku konsumsi rasional motif akan timbul untuk melakukan tindakan ekonomi yang timbul atas kemauan sendiri.
2) Pengaruh lingkungan sosial ekonomi pada perilaku konsumsi
Lingkungan sosial yang mempengaruhi perilaku konsumsi merupakan motif ekstrinsik, yaitu sebagai suatu keinginan untuk melakukan tidakan ekonomi atas dorongan orang lain.
DAFTAR RUJUKAN
Dagun, Save M. (1992). Pengantar Filsafat Ekonomi. Jakarta: Rineka Cipta.
Engel, James F. dkk. Perilaku Konsumen. (Edisi keenam Jilid 1). (Penerjemah: F.X Budiyanto). Jakarta: Binapura Aksara.
Purwati, Ana. (2010). Pengaruh Status Sosial Ekonomi Orang Tua dan Persepsi Siswa atasLingkungannya terhadap Perilaku Konsumsi yang diintermediasi oleh Prestasi Belajar Ekonomi Siswa SMA se Kota Malang. Tesis. Malang: UM.
Suyanto, Bagong. (2013). Sosiologi Ekonomi. Jakarta: Kencana.