Tingkatkan Riset Kesehatan secara Interdisipliner
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia mendorong penelitian dilakukan secara interdisipliner melibatkan peneliti dari disiplin ilmu lain. Ini dilakukan karena persoalan kesehatan yang muncul di masyarakat menuntut solusi yang tidak bisa hanya dikerjakan oleh dokter. Diperlukan disiplin ilmu lain agar lebih komprehensif.
Manajer Riset dan Pelayanan Masyarakat FKUI Budi Wiweko, Rabu (9/12) di Jakarta, mengatakan, integrasi riset antar-rumpun ilmu akan mendorong terciptanya penelitian tanpa batas. Harapannya, pendekatan seperti ini dapat menjawab berbagai persoalan bidang kesehatan di masyarakat.
Saat ini, ujar Wiweko, dorongan agar peneliti melakukan riset yang berorientasi pada produk untuk masyarakat kian menguat. Riset yang orientasinya seperti itu menuntut keterlibatan banyak disiplin ilmu, terlebih jika hasil penelitian tersebut akan ditawarkan kepada industri. Dalam pengembangan obat, misalnya, diperlukan keterlibatan ahli klinis, biomedis, bahkan ekonomi jika hasilnya akan dibuat massal.
Wiweko menambahkan, di antara enam topik pengembangan riset di UI, Fakultas Kedokteran dipercaya untuk melakukan pengembangan riset di bidang teknologi genom dan kesehatan masyarakat yang kemudian dikelompokkan ke dalam empat bidang, yakni riset penyakit infeksi, kesehatan reproduksi, kanker, dan kesehatan anak.
Salah satu hasil riset unggulan FKUI di bidang kesehatan reproduksi, ujar Wiweko, ialah Smart IVF untuk membantu pasangan merencanakan kehamilan melalui teknologi bayi tabung. Pada Smart IVF terdapat tahapan untuk mengetahui berapa jumlah telur pada perempuan dan bagaimana kondisinya melalui penghitungan normogram anti-mullerian hormone (AMH). Setelah sperma dan sel telur bersatu menjadi embrio, akan digunakan inkubator cerdas yang akan memilih mana embrio yang kondisinya bagus untuk dipakai.
Kepala Laboratorium Farmasi Fakultas Farmasi UI Prof Amarila menambahkan, penggabungan riset dan teknologi dengan pendidikan tinggi dalam satu kementerian merupakan upaya agar riset dilakukan terintegrasi, tidak tumpang tindih, dan berorientasi produk.
Selama ini, laboratorium farmasi UI banyak bekerja sama dengan pusat riset lain, baik dari internal UI maupun dari luar UI. “Riset sains dasar kami bisa kerjakan. Akan tetapi, untuk ilmu-ilmu tertentu di luar itu, kami tidak mampu sehingga memerlukan bantuan peneliti dari disiplin ilmu lain,” katanya.
Karena riset bioteknologi di farmasi bisa dipakai untuk pengembangan obat, vaksin, diagnostik, peternakan, serta pertanian, penelitian harus dikerjakan lintas disiplin ilmu.
Wiweko menyatakan, dalam riset vaksin kontrasepsi pria dan potensi serabut saraf pada darah haid penderita endometriosis, peneliti dari laboratorium farmasi dilibatkan. Peneliti dari disiplin ilmu komputer juga dilibatkan. Nantinya hasil penelitian akan disajikan lewat aplikasi sehingga mudah digunakan oleh masyarakat.
Sementara itu, Pelaksana Tugas Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Tritarayati mengatakan, peneliti Balitbangkes Kemenkes terlibat dalam penelitian interdisipliner, di antaranya dalam konsorsium penelitian beberapa vaksin.
Di luar itu, Balitbangkes tetap mengerjakan riset kesehatan rutin yang hasilnya akan dipakai sebagai pertimbangan dalam melahirkan kebijakan kesehatan.
Sumber: Kompas.com